Menggali Makna Tradisi Pantang Larang Pada Masyarakat Melayu Sekadau

  • Soni Ardiansyah IAIN Pontianak, Indonesia
  • Rois Nafi'ul Umam UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia
Keywords: Pantang Larang, Budaya, Melayu Sekadau

Abstract

Pantang Larang merupakan suatu tradisi yang berisikan berbagai aturan hidup dan larangan bagi masyarakat Melayu Sekadau. Keberadaan tradisi pantang larang menjadi sebuah warisan leluhur yang dipertahankan hingga saat ini meskipun eksistensinya mulai berkurang seiring dengan perkembangan dan dinamika zaman. Adanya tradisi pantang larang idealnya dapat menjadi pengingat akan pentingnya memahami nilai normative dan kepercayaan terhadap hal-hal lain di luar diri manusia sehingga muncul adanya larangan atau pantangan dalam tradisi pantang larang tersebut. Tradisi pantang larang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat Melayu Sekadau sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan, sebagai sarana untuk saling mengingatkan, hingga mendorong perubahan bagi generasi berikutnya. Pepatah dalam tradisi pantang larang terdiri atas 5 jenis klasifikasi berkaitan dengan waktu, tempat, jenis kelamin, keselamatan jiwa, hingga aktivitas/perilaku manusia. Dari struktur kalimatnya, pepatah dalam tradisi pantang larang memiliki 2 jenis, yaitu pepatah dengan 2 struktur (sebab dan akibat), dan pepatah dengan 3 struktur (tanda, perubahan yang terjadi, dan akibat).

Pantang larang is a tradition that contains various rules of life and prohibitions for the Sekadau Malay community. The existence of the abstinence and prohibition tradition is an ancestral heritage that is maintained to this day, although its existence is starting to wane along with the development and dynamics of the times. The existence of the abstinence and prohibition tradition can ideally be a reminder of the importance of understanding normative values ​​and beliefs in things other than humans so that prohibitions or taboos emerge in the abstinence and prohibition tradition. The abstinence and prohibition tradition plays a key role in the lives of the Sekadau Malay people as a guide in living life, as a means to remind each other, and to encourage change for the next generation. The adage in the abstinence and prohibition tradition consists of 5 types of classification relating to time, place, gender, safety of life, and human activity/behavior. From the sentence structure, proverbs in the pantang larang tradition have 2 types, namely proverbs with 2 structures (cause and effect), and proverbs with 3 structures (signs, changes that occur, and consequences).

Author Biography

Rois Nafi'ul Umam, UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia

Dosen pada Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

References

Firmansyah, H. (2023). Nilai-nilai Tradisi Pantang Larang dalam Budaya Melayu. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 10(2), 172–181.

Hadi, T. U., Saman, S., & Amir, A. (2018). Pantang Larang Dalam Masyarakat Melayu Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(1), 1–9.

Ibrahim, I., Yusriadi, Y., & Zaenuddin, Z. (2012). Pantang Larang Melayu Kalimantan Barat (1st ed.). Pontianak: Stain Press.

Kurniawan, S. (2018). Pantang Larang and the Environmental Wisdom of Sambasness Malay in the Sepinggan Village. Jurnal Kalam, Vol. 12, pp. 87–104. https://doi.org/10.24042/klm.v12i1.1882

Kurniawan, S. (2019). Pantang Larang Bermain Waktu Magrib (Kajian Living Hadis Tradisi Masyarakat Melayu Sambas). Jurnal Living Hadis, 4(1), 1–26. https://doi.org/10.14421/livinghadis.2019.1629

Mahardhani, A. J., & Cahyono, H. (2017). Harmoni Masyarakat Tradisi Dalam Kerangka Multikuluralisme. Jurnal Asketik, 1(1), 27–34. https://doi.org/10.30762/ask.v1i1.408

Omar, A. H. (2014). Pantang Larang dalam Kalangan Orang Melayu : Analisis dari Perspektif Teori SPB4K. Melayu : Jurnal Antarabangsa Dunia Melayu, 7(1), 76–97.

Sarmidi, G. (2015). Keberadaan Wacana Pantang Larang Berlaras Gender Sebagai Tradisi Lisan, Fenomena Bahasa, Dan Sastra Lisan Di Indonesia. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 5(1), 553–559. https://doi.org/10.21067/jip.v5i1.685

Siregar, F., Nofrita, M., & Ningsih, A. R. (2021). Pantang Larang Dalam Masyarakat Dusun Hasahatan Kecamatan Rambah Samo. Jurnal Pendidikan Rokania, 6(3), 278–284.

Strauus, A., & Gorbin, J. (2019). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (3rd ed.). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suyitno. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Konsep, Prinsif, dan Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka.

Swettenham, F. (2003). Perihal Orang Melayu (1st ed.; Z. Ibrahim, Ed.). Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya.

Zainuddin, Z. (2014). Pantang Larang Masyarakat Melayu Sambas. IAIN Pontianak.

Published
2024-05-27
How to Cite
Ardiansyah, S., & Umam, R. N. (2024). Menggali Makna Tradisi Pantang Larang Pada Masyarakat Melayu Sekadau. Jurnal Pendidikan, Kebudayaan Dan Keislaman, 3(1), 44-54. https://doi.org/10.24260/jpkk.v3i1.2189
Section
Articles