Jurnal Pendidikan, Kebudayaan dan Keislaman http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK <p>Jurnal Pendidikan, Kebudayaan dan Keislaman (JPKK) is an journal which provides a forum for publishing research or review articles related to researches in instruction, learning and teaching, curriculum development, learning environment, teacher education, educational technology, educational development, social cultural, Islamic studies both library research and field research.</p> en-US yusriadi@iainptk.ac.id (yusriadi) adisantosojurnal@gmail.com (Adi Santoso) Tue, 30 Apr 2024 00:00:00 +0000 OJS 3.1.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Makna Kebahagiaan Pada Mahasiswa Rantau di Prodi PI IAIN Pontianak http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/1674 <p>Kebahagiaan ialah suatu hal yang penting dalam kehidupan individu tanpa melihat batas usia dan jenis kelamin. Kebahagian juga merupakan wujud dari kesempurnaan, Sehingga banyak orang yang berusaha mewujudkannya. Setiap inividu memiliki cara yang berbeda – beda dalam mencapai kebahagiaannya. Salah satunya mahasiswa rantau yang dimana ketika menjadi mahasiswa rantau mereka akan menghadapi tantangan hidup yang bisa mempengaruhi kebahagiaan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa rantau itu memaknai kebahagiaannya. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan Teknik pengumpulan data wawancara. Informasi penelitian ini ialah mahasiswa rantau yang berkuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak dengan Jurusan Psikilogi Islam yang berjumlah 6 informan. Hasil dari penelitian ini ada 3 hal yang mempengaruhi rasa kebahagiaan yang mereka rasakan yaitu rasa kasih sayang yang mereka dapatkan dari orang terdekat ataupun orang tua, uang ataupun keuangan, dan kesehatan.</p> <p><em>Happiness is something that is important in an individual's life regardless of age and gender, happiness is also a form of perfection, So many people are trying to make it happen. Every individual has a different way to achieve happiness. One of them is overseas students where when they become overseas students they will face life challenges that can affect their happiness. This study aims to find out how overseas students interpret their happiness. In this study using qualitative methods with interview data collection techniques. The information for this research was overseas students studying at the Pontianak State Islamic Institute (IAIN) majoring in Islamic Psychology, totaling 6 informants. The results of this study are that there are 3 things that influence the feelings of happiness they feel, namely the love they get from their closest people or their parents, money or finances, and finally the health they feel.</em></p> Pina Julina, Mutiara Mutiara ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/1674 Thu, 16 May 2024 00:00:00 +0000 Pudarnya Peran Otoritas Keagamaan Lokal: Studi Atas Buatulo Syara’a di Provinsi Gorontalo http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2421 <p>Otoritas keagamaan, baik yang berbentuk individu maupun lembaga, sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku umat beragama. Penelitian ini membahas peran Buatulo Syara’a sebagai lembaga pemegang otoritas keagamaan lokal dalam kehidupan umat Islam di Provinsi Gorontalo. Buatulo Syara’a dipimpin oleh seorang Kadli (Qadi'), dan merupakan salah satu dari tiga lembaga dalam sistem pemerintahan adat Gorontalo yang disebut Buatulo Toulongo. Dua lembaga lainnya; Buatulo Bubato (lembaga pemerintah), dan Buatulo Bate (lembaga adat). Metode penelitian ini kualitatif-deskriptif berbasis penelitian lapangan, data dikumpulkan melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Menggunakan perspektif tiga varian otoritas Weber, penelitian ini menemukan bahwa memudarnya peran Buatulo Syara’a sebagai lembaga otoritas keagamaan lokal di Gorontalo dijumpai pada ranah otoritas tradisional dan otoritas kharismatik. Pada otoritas tradisional, Buatulo Syara’a tergeser oleh peran otoritas keagamaan baru seperti ormas keagamaan dan kemunculan internet sebagai wadah pencarian pengetahuan, dan distribusi nilai-nilai keagamaan yang tidak hanya bertumpu pada otoritas tertentu. Di ranah otoritas kharismatik, cukup banyak masyarakat Gorontalo yang tidak lagi mengenal peran Buatulo Syara’a. Keberadaan Buatulo Syara’a yang mulai memudar dalam nalar sosial-budaya masyarakat Gorontalo secara tidak langsung berakibat pada memudarnya peran Buatulo Syara’a sebagai lembaga otoritas keagamaan. Ranah otoritas legal-rasional menjadi satu-satunya yang membuat keberadaan Buatulo Syara’a masih bertahan. Legitimasi keberadaan Buatulo Syara’a sebatas karena diangkat dan mendapat SK dari pemimpin daerah dalam hal ini walikota dan bupati. Buatulo Syara’a kemudian beraktifitas di masjid-masjid miliki pemerintah, seperti Masjid Agung untuk tingkat Kabupaten/Kota, Masjid Besar untuk tingkat kecamatan, dan Masjid Jami’ untuk tingkat kelurahan dan desa.</p> <p><em>Religious authority, whether in the form of individuals or institutions, has a huge influence on the behavior of religious communities. This research discusses the role of Buatulo Syara’a as an institution holding local religious authority in the lives of Muslims in Gorontalo Province. Buatulo Syara’a is led by a Kadli (Qadi’), and is one of three institutions in the Gorontalo traditional government system called Buatulo Toulongo. The other two institutions; Buatulo Bubato (government institution), and Buatulo Bate (customary institution). The research method is qualitative-descriptive field research-based, data collected through participatory observation and in-depth interviews. Using Weber's three variants of authority perspective, this study found that the waning role of Buatulo Syara’a as a local religious authority institution in Gorontalo is found in the realm of traditional authority and charismatic authority. In the traditional authority, Buatulo Syara’a has been displaced by the role of new religious authorities such as religious mass organizations and the emergence of the internet as a forum for knowledge search and distribution of religious values that do not only rely on certain authorities. In the realm of charismatic authority, quite a lot of Gorontalo people no longer recognize the role of Buatulo Syara’a. The existence of Buatulo Syara’a which began to fade in the socio-cultural reasoning of Gorontalo people indirectly resulted in the fading role of Buatulo Syara’a as an institution of religious authority. The realm of legal-rational authority is the only thing that makes the existence of Buatulo Syara’a still survive. The legitimacy of the existence of Buatulo Syara’a is limited to being appointed and receiving a decree from the regional leader, in this case the mayor and regent. Buatulo Syara’a is then active in government-owned mosques, such as the Masjid Agung at the regency/city level, the Masjid Besar at the sub-district level, and the Masjid Jami’ at the village level.</em></p> Donald Qomaidiasyah Tungkagi ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2421 Thu, 16 May 2024 00:00:00 +0000 Pengembangan Platform MilleaLab Untuk Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik Terhadap Materi Haji http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/1995 <p>Dewasa ini pembelajaran dengan penggunaan teknologi merupakan ciri dari pembelajaran abad 21. Pengembangan materi berbasis digital menjadi fenomena yang krusial terhadap pemenuhan kebutuhan pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengembangkan platform MilleaLab dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi haji. Metode yang digunakan adalah metode R&amp;D (Research and Development) melalui model Borg &amp; Gall dengan jenis penelitian eksperimen dan pendekatan kualitatif-deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui observasi, penyebaran angket, dan tes. Kemudian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa platform MilleaLab merupakan aplikasi pembelajaran yang relevan dengan abad 21, dimana ia tidak hanya sekadar memberikan materi secara teks, akan tetapi, dapat menampilkan materi dalam bentuk gambar, video, audio, icon 3D maupun quiz. Peserta didik diarahkan untuk bersimulasi disana dan dapat merasakan secara langsung (immersive) latihan berhaji di depan Ka’bah melalui mode view 360 dengan bantuan alat VR Box atau tanpa menggunakannya.</p> <p><em>Nowadays, learning using technology is a characteristic of 21<sup>st</sup> century learning. The development of digital-based materials is a crucial phenomenon in meeting learning needs. This research aims to develop the MilleaLab platform in an effort to increase students’ understanding of Hajj material. The method used is R&amp;D (Research and Development) method using the Borg &amp; Gall model with an experimental research type and a qualitative-descriptive approach. The data collection technique is carried out through observation, distributing questionnaires and tests. Then, the results of this research show that the MilleaLab platform is a learning application that is relevant to the 21<sup>st</sup> century, where it does not just provide material in text, but can display material in the form of images, videos, audio, 3D icons or quizzes. Students are directed to simulate there and can experience directly (immersive) the pilgrimage practice in front ot the Kaaba through 360 view mode with the help of the VR box tool or without using it.</em></p> Pratiwi Amalia Putri, Firmansyah Firmansyah ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/1995 Sun, 26 May 2024 00:00:00 +0000 Menggali Makna Tradisi Pantang Larang Pada Masyarakat Melayu Sekadau http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2189 <p>Pantang Larang merupakan suatu tradisi yang berisikan berbagai aturan hidup dan larangan bagi masyarakat Melayu Sekadau. Keberadaan tradisi pantang larang menjadi sebuah warisan leluhur yang dipertahankan hingga saat ini meskipun eksistensinya mulai berkurang seiring dengan perkembangan dan dinamika zaman. Adanya tradisi pantang larang idealnya dapat menjadi pengingat akan pentingnya memahami nilai normative dan kepercayaan terhadap hal-hal lain di luar diri manusia sehingga muncul adanya larangan atau pantangan dalam tradisi pantang larang tersebut. Tradisi pantang larang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat Melayu Sekadau sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan, sebagai sarana untuk saling mengingatkan, hingga mendorong perubahan bagi generasi berikutnya. Pepatah dalam tradisi pantang larang terdiri atas 5 jenis klasifikasi berkaitan dengan waktu, tempat, jenis kelamin, keselamatan jiwa, hingga aktivitas/perilaku manusia. Dari struktur kalimatnya, pepatah dalam tradisi pantang larang memiliki 2 jenis, yaitu pepatah dengan 2 struktur (sebab dan akibat), dan pepatah dengan 3&nbsp;struktur (tanda, perubahan yang terjadi, dan akibat).</p> <p><em>Pantang larang is a tradition that contains various rules of life and prohibitions for the Sekadau Malay community. The existence of the abstinence and prohibition tradition is an ancestral heritage that is maintained to this day, although its existence is starting to wane along with the development and dynamics of the times. The existence of the abstinence and prohibition tradition can ideally be a reminder of the importance of understanding normative values ​​and beliefs in things other than humans so that prohibitions or taboos emerge in the abstinence and prohibition tradition. The abstinence and prohibition tradition plays a key role in the lives of the Sekadau Malay people as a guide in living life, as a means to remind each other, and to encourage change for the next generation. The adage in the abstinence and prohibition tradition consists of 5 types of classification relating to time, place, gender, safety of life, and human activity/behavior. From the sentence structure, proverbs in the pantang larang tradition have 2 types, namely proverbs with 2 structures (cause and effect), and proverbs with 3 structures (signs, changes that occur, and consequences).</em></p> Soni Ardiansyah, Rois Nafi'ul Umam ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2189 Mon, 27 May 2024 01:47:39 +0000 Pendidikan Multikultural Dalam Permainan Guli di Indonesia http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2852 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam permainan tradisional guli. Permainan tradisional, seperti guli, merupakan salah satu warisan budaya yang menanamkan nilai-nilai luhur secara tidak langsung melalui aktivitas bermain. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis dengan studi literatur. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggumpulkan dari database Google Scholar yang relevan terkait permainan guli dan nilai-nilai multikultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan guli mengandung nilai-nilai pendidikan multikultural, di antaranya sikap toleransi, sikap saling mempercayai, sikap keadilan dan demokrasi, serta sikap kebersamaan. Temuan ini menegaskan potensi permainan tradisional guli sebagai media pembelajaran multikultural yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan formal maupun nonformal untuk menanamkan sikap saling menghargai, terbuka, dan menerima perbedaan sejak dini.</p> <p><em>This study aims to explore the multicultural educational values embedded within the traditional guli game. Traditional games, such as guli (marbel), are cultural heritages that indirectly instill noble values through play activities. Employing a qualitative method with a literature analysis technique, this research collected data from the Google Scholar database relevant to the guli game and multicultural values. The results indicate that the guli game embodies multicultural educational values, including attitudes of tolerance, mutual trust, justice and democracy, as well as togetherness. These findings affirm the potential of the traditional guli game as a medium for multicultural learning that can be integrated into formal and non-formal education to instill attitudes of respect, openness, and acceptance of differences from an early age.</em></p> Siti Mutiah ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 http://ejournal.iainptk.ac.id/index.php/JPKK/article/view/2852 Mon, 27 May 2024 01:54:45 +0000