Budaya Saprahan Melayu Sambas: Asal Usul, Prosesi, Properti dan Pendidikan Akhlak
Abstract
Sambas inherited a rich cultural treasure which is one of the richest in West Kalimantan. One such legacy is the Saprahan tradition. This article aims to reveal the origin, property, procession, and moral education contained in this tradition. This paper uses literature review and interviews as support. The data analysis technique uses content analysis. This study concludes that the saparah tradition has been detected since the days of the Sambas kingdom turning into Islamic power, the properties and processions of saprahan symbolizing the value of religious teachings in the form of the pillars of Islamic teachings. Meanwhile, the moral education contained in it is mutual cooperation (ta'awun), respect for guests (ikram dhuyuf), and togetherness (ma'iyah).
Sambas mewarisi kekayaan khazanah budaya yang merupakan salah satu terkaya di Kalimantan Barat. Salah satu peninggalan tersebut adalah tradisi Saprahan. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap asal usul, properti, prosesi, dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam tradisi ini. Tulisan ini menggunakan kajian pustaka dan wawancara sebagai pendukung. Teknik analisis datanya menggunakan content analysis. Kajian ini menyimpulkan bahwa tradisi saparah dideteksi telah ada sejak zaman kerajaan Sambas beralih menjadi kuasa Islam, properti dan prosesi saprahan melambangkan nilai ajaran agama berupa pilar- pilar ajaran Islam. Sedangkan, pendidikan akhlak yang terkandung di dalamnya adalah gotong royong (ta’awun), menghormati tamu (ikram dhuyuf), dan kebersamaan (ma’iyah).
Downloads
References
Al-Nahlawi. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Gema Insani Press.
Al-Syaibani, & Al-Toumy, O. M. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Bulan bintang.
Anom, P., & Muhsen, R. F. (1951). Laporan tentang Kontrak dan Riwayat Raja-Raja. Arsip.
Arpan. (1995). Catatan Peninggalan Sejarah di Sambas.
Arpan. (2004). Saprahan Adat Budaya Melayu Sambas. Majelis Adat Budaya Melayu Sambas.
Arpan. (2017). Saprahan, Makalah Seminar Budaya. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Sambas, 4.
Imran, H. M. B. (n.d.). al-Murasalt al-„Ilmiyah. Manuskrip.
Imran, H. M. B. (1924). Buku Harian.
Imran, H. M. B. (1932). Pelayaran Ke Tanah Jawa. Manuskrip.
Mahrus, E. (2003). Syekh Ahmad Khatib Sambas Sufi dan Ulama Besar Asal Kalimantan Barat. Untan Press.
Mahrus, E. (2007). Falsafah dan Gerakan Pendidikan Islam Maharaja Imam Sambas Muhammad Basiuni Imran. STAIN Pontianak Press.
Miskawih, I. (1999). Menuju Kesempurnaan Akhlak. Mizan.
Pridaningsih, & R, D. (n.d.). Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi, Nilai-nilai Budaya Nelayan dan Petambak di Sambas Kalimantan Barat.
Qutbh, M. (1988). Sistem Pendidikan Islam. Pustaka Al- Maaif.
Rahman, Ansar, & Dkk. (2001). Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi, Nilai-nilai Budaya Nelayan dan Petambak di Sambas Kalimantan Barat. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupatens Sambas.
Sutrisno, & Dkk. (2019). Peran TokohMasyarakat Menanamkan Nilai-Nilai Solidaritas dalam Tahapan Pesta Perkawinan Suku Melayu,.
Taufik. (2016). Pandangan Tokoh Agama dalam Upacara Adat Pernikahan Melayu Sambas.
Wahab, W. (2017). Islamic Values of Social Relation in Besaprah Tradition of Sambas Society: The Case of Post-Conflict Malay-Madura in 1999-2017. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. https://doi.org/10.21580/ws.25.2.1339
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor.
Copyright (c) 2020 Arfannur
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.