Jilbab Perspektif Quraish Shihab (Studi Komparatif Tafsir Tulis dan Lisan)

Authors

  • Ani Amalia Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
  • Hilma Azmi Utami Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
  • Munawir Munawir Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
  • Ahmad Fahrur Rozi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i2.663

Keywords:

Hijab, Quraish Shihab, Written Interpretation, Oral Interpretation

Abstract

This study will discuss the comparison between Written and Oral interpretations Of the Quraish shihab’s hijab (jilbab) perspective. The Quraish Shihab’s interpretation of the verses about the hijab caused a lot of controversy among commentators and scholars. He said that the veil was a must And He Also Said That It Was Not permissible because it cannot be said to be shari’ah without a clear text. In this research, the writer uses the method of over-the-top and long-winded orality and literacy. This feature keeps the listener focused and on the path of the story. It also aims to reveal the differences in the written intbn/ rpretation (Tafsir Al-Misbah) and the oral Quraish shihab. Through this method, the writer assumes that within a boundary there is a difference in meaning between written and oral interpretation. First, in Q.S Al-Ahzab verse 59 his written commentary Quraish Shihab only mentions the word genitalia once, but in his oral interpretation Quraish Shihab mentions the word genitalia repeatedly and ramblingly “aurat must still be covered, genitalia.” Second, in Q.S An-Nur Verse 31 of his commentary Quraish shihab he only mentions the word “show” once. While in his oral interpretation, he mentions the word repeatedly or exaggerating. Third, in Q.S Al-A’raf verse 26 the word clothing has a meaning that is repeated, so that the quote contains exaggeration, length and rambling.

 

ABSTRAK
Penelitian akan membahas persandingan antara tafsir tulis dan lisan tentang jilbab perspektif Quraish Shihab. Penelitian ini berangkat dari pro kontra Penafsiran Quraish Shihab terhadap ayat-ayat tentang jilbab. Ia mengatakan bahwa berjilbab itu bukanlah sebuah kewajiban dan juga ia mengatakan bahwa jilbab bukanlah anjuran agama, karena tidak bisa mengatakan Syari’at jika tanpa ada nash yang jelas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kelisanan dan keaksaraan ciri berlebih-lebihan dan Panjang lebar. Yang mana ciri ini guna menjaga pendengar agar tetap memfokuskan perhatian dan tetap berada pada jalur cerita. Juga bertujuan untuk mengungkap perbedaan penafsiran dalam tafsir tulis (Tafsir Al-Misbah) dan lisannya Quraish Shihab. Melalui metode tersebut penulis berasumsi, bahwa dalam sebuah penafsiran terdapat perbedaan makna antara tafsir tulis dan lisan.Pertama, dalam Q.S Al-Ahzab ayat 59 tafsir tulisannya Quraish Shihab hanya menyebutkan kata aurat satu kali, akan tetapi dalam tafsir lisannya Quraish shihab menyebutkan kata aurat berulang kali dan bertele-tele “aurat tetep harus ditutup, aurat.”Kedua, Dalam Q.S An-Nur Ayat 31 tafsir tulisannya Qubn/ aish shihab ia hanya menyebutkan kata menampakan satu kali. Sedangakan dalam tafsir lisannya, ia menyebutkan kata nampak berulang kali atau berlebih-lebihan. Ketiga, dalam Q.S al-A’raf: 26 kata pakaian memiliki makna yang diulang-ulang, sehingga perkataan tersebut mengandung unsur berlebih-lebihan dan panjang lebar.

Kata Kunci: Jilbab, Quraish Shihab, Tafsir Tulis, Tafsir Lisan

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2022-05-18

How to Cite

Amalia, A., Utami, H. A., Munawir, M., & Rozi, A. F. (2022). Jilbab Perspektif Quraish Shihab (Studi Komparatif Tafsir Tulis dan Lisan). Arfannur: Journal of Islamic Education, 2(3), 157–174. https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i2.663

Issue

Section

Articles